Headlines News :

    Bakti Anak Sepanjang Masa


    Aku Cinta Allah.com--------Setelah beranjak dewasa kebanyakan orang sibuk dengan urusan dunianya, khususnya mereka yang menjadi pengusaha ataupun karyawan di sebuah perusahaan. Pekerjaan yang tak kunjung selesai  hingga larut malam, rapat di berbagai tempat, hingga pekerjaan yang mengharuskan pergi ke luar kota atau bahkan keluar negeri.

    Sehingga lupa orang tua yang membesarkannya tidak lagi terurus, dan mudahnya mengambil jalan pintas mencarikan pembantu khusus atau menaruh mereka dipanti jompo dengan alasan agar masa tua mereka tenang dan tidak mengganggu kehidupan.

    Sungguh kehidupan seperti ini bukan hanya tayangan televisi belaka, ini kehidupan nyata dan banyak sekali dijumpai di tengah kehidupan masyarakat. Mereka yang tua tersingkirkan karena dianggap mengganggu kehidupan. Padahal, orang tua lah yang telah membuat masa depan kita menjadi lebih baik, mendidik kita tanpa rasa lelah, dan selalu ada di saat senang maupun duka.

    Hanya anak durhaka yang memperlakukan orang tuanya seperti itu. Dan mereka termasuk orang-orang yang merugi, sebagaimana Rasulullah saw bersabda : “ Rugilah dia, rugilah dia, rugilah dia.” Ada yang bertanya, “ Siapakah orang itu, wahai Rasulullah? ” Rasul menjawab : “ Orang yang sempat bertemu dengan kedua orang tuanya atau salah satunya dalam usia lanjut, Tetapi dia tidak masuk surge karena tidak berbakti kepadanya.” (HR.MUSLIM).

    Ketahuilah, sampai kapan pun kasih sayang orang tua tak akan pernah bisa tergantikan dengan sesuatu apapun. Sekali pun materi setinggi gunung, kemewahan seluas samudera, tetap saja yang mereka inginkan melihat anaknya bahagia bahkan tanpa meminta balas jasa.

    Bakti seorang anak terhadap orang tua pun  tidak selesai hingga mereka menutup usia. Setelah mereka wafat kita harus tetap berbakti kepada mereka. Bagaimana caranya?

    Menurut hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada kebaikan yang dapat aku lakukan guna berbakti kepada orang tua setelah mereka wafat ?. Sabda Rasulullah saw: “ Ada, yaitu Membacakan shalawat untuk mereka, memintakan ampun atas dosa-dosanya, memenuhi janji mereka yang belum terlaksana, menyambung tali persaudaraan yang dahulu biasa mereka lakukan dan menghormati sahabat-sahabat mereka.”


    Dua hadis di atas merupakan peringatan bagi kita semua bahwa bakti anak kepada orang tua sepanjang masa. Selain itu, jangan sampai kita menyesal ketika mereka telah tiada walaupun harus tetap berbakti dengan mendoakan mereka.

    Di sisi lain, masa tua mereka akan kembali kemasa kanak-kanaknya. Dimana mereka sering lupa ( pikun ) mengucapkan sesuatu berulang-ulang, jalan yang semakin menunduk. Sebagai anak, kita harus bersabar dan selalu siap di samping mereka. Jangan marah dengan keadaan mereka atau bahkan manyakiti perasaannya dengan ucapan kasar. Tetapi tersenyumlah dan cintailah mereka sebagaimana mereka mencintai kita di saat kita lahir hingga tumbuh dewasa.

    Para pembaca budiman, selagi masih memiliki orang tua jangan pernah sia-siakan mereka. Jika selama ini  jarang memperhatikan mereka, mulailah dengan memberikan perhatian,berkata lembut, membantu kesulitan mereka, dan selalu berikan yang terbaik untuk kedua orang tua. Dan jangan biarkan air mata penyesalan hadir disaat mereka tiada karena di saat itu pula air mata penyesalan tidak lagi berguna.

    Dan bagi yang sudah tidak memiliki orang tua, atau salah satu diantaranya, ikutilah pesan Rasulullah saw untuk selalu mendoakan, membacakan shalawat, dan memintakan ampun untuk mereka.

    Puasa dan Pendidikan Anti Korupsi


    Oleh: Hidayatulloh
    Mahasiswa S2 Ilmu Hukum Universitas Indonesia

    “Ramadan merupakan sarana pendidikan seorang muslim agar menjadi hamba-hamba yang bertakwa. Puasa dapat menjadi lembaga pendidikan anti-korupsi dengan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.”


    Ibadah puasa di bulan Ramadan, sebagai suatu ritual seorang hamba kepada Sang Khalik, adalah menahan makan, minum, dan hawa nafsu sejak waktu imsak hingga azan magrib. Puasa menjadi sebuah bukti keimanan dan kepatuhan hamba kepada Sang Pencipta tanpa dipengaruhi rasa keinginan untuk dipandang oleh manusia. Tuhan secara tegas menyatakan: “Puasa untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan ganjaran baginya.”

    Puasa Ramadan sejatinya bukan hanya ritual ibadah semata, tetapi ia menjadi sebuah lembaga pendidikan bagi setiap muslim yang menjalankannya. Sehingga disebut sebagai “Madrasah Ramadan” sebab ibadah puasa selama Ramadan merupakan sarana pendidikan seorang muslim agar menjadi hamba-hamba yang bertakwa.

    Ajaran-ajaran yang terkandung dalam bulan Ramadhan jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tentunya akan memberikan dampak positif  bagi setiap insan. Dan salah satunya dapat menghindari perbuatan keji yang telah merusak harga diri bangsa dan menyengsarakan kehidupan orang banyak, yaitu korupsi.

    Ibadah puasa telah mengajarkan kita bagaimana cara memberantas perilaku korup yang sudah menjangkiti anak bangsa. Puasa mendidik setiap muslim agar menjadi hamba yang bertakwa. Ketika gelar ketakwaan sudah diraih seseorang pasca Ramadan, sejatinya ia menjadi pribadi yang menjalankan hidupnya penuh dengan kebajikan dan menghindari perbuatan keji, termasuk korupsi. Maka puasa dapat menjadi lembaga pendidikan anti-korupsi dengan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya.


    Pertama, puasa mengajarkan kejujuran. Tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui apakah kita berpuasa atau tidak kecuali diri sendiri dan Tuhan. Manusia tidak dapat mengawasi ibadah puasa seseorang. Setiap orang yang berpuasa diawasi langsung oleh Sang Khalik yang tidak dapat dilakukan tipu daya terhadap-Nya. Ajaran kejujuran ini merupakan salah satu inti pendidikan anti-korupsi, sebab jika setiap pengendali kekuasaan di negeri ini mengamalkan kejujuran dan selalu merasa diawasi oleh Tuhan, jangankan melakukan korupsi, berpikir untuk berbuat tidak jujur pun pasti enggan. 

    Kedua, puasa mendidik pribadi yang disiplin. Berhenti makan dan minum di waktu imsak dan menyegerakan berbuka saat kumandang azan magrib. Setiap hamba yang berpuasa taat akan disiplin puasa. Jika ia melakukan perbuatan indisipliner, ia akan dikenakan kewajiban mengganti pada hari lain. Begitu pula suami isteri yang menahan diri dari berhubungan seks di siang hari taat akan aturan ini dan akan dikenakan sanksi yang berat jika melanggar. Andai saja para alumni puasa Ramadan menegakkan disiplin puasa dalam kehidupan setelah Ramadan, niscaya tidak ada lagi yang melakukan korupsi waktu dalam tugasnya. Tidak ada pula yang menyalahgunakan kewenangannya karena taat akan aturan dan menegakkan disiplin dalam kehidupan dan pekerjaannya.  

    Ketiga, puasa melatih ketaatan yang hakiki. Taat menjalankan puasa karena Tuhan semata. Tidak butuh pandangan dan pujian manusia. Lapar, haus, dan menahan hawa nafsu sepanjang hari adalah suatu hal yang tidak ringan. Jika seseorang berpuasa bukan karena ketaatan Tuhannya, niscaya ia akan pergi ke tempat tersembunyi untuk melampiaskan lapar, haus, dan hawa nafsunya tanpa seorang pun mengetahuinya. Latihan ketaatan ini akan sangat baik bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Para pekerja mentaati peraturan perusahaan tanpa harus terlihat oleh atasannya. Pejabat pemerintahaan tidak me-mark up anggaran pembangunan meskipun tidak diketahui publik. Para wakil rakyat tidak memanipulasi anggaran negara untuk memperkaya dirinya dan keluarganya.  

    Puasa Ramadan tahun ini telah berlalu. Ijazah ketakwaan sebagai bukti lulusnya orang-orang yang berpuasa masih sangat terlalu mahal untuk didapatkan. Andai ajaran-ajaran puasa diaplikasikan dalam dunia nyata. Sungguh bangsa ini akan keluar dari jeratan korupsi yang menyengsarakan rakyat dan mengancam masa depan generasi Indonesia.



    Lebaran itu Bukan Bubaran


    Oleh : Ali Taufan DS
    Alumni Fak. Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    wes bar lebarane, yo bubaran mesjid te
    Ungkapan di atas pernah disampaikan penceramah yang memberi kultum di musallah depan rumah saya beberapa tahun silam. Agaknya hal itu masih sangat relevan dengan kenyataan sekarang. Ungkapan dalam bahasa jawa tersebut berarti “Kalau sudah lebaran ‘idul fitri’,

    maka sudah pula keramaian masjid”. Tidak salah jika anggapan tersebut diutarakan karena kenyataan selalu demikian.

    Suka cita masyarakat Muslim Indonesia dalam menyambut bulan Ramadhan terlihat dari antusias dalam menjalani sederet amalan-amalan didalamnya. Pada bulan Ramadhan kita menjumpai kemeriahan subuh. Setelah sahur, masjid dipenuhi dengan jamaah yang menunggu saat subuh tiba. Menjelang waktu buka puasa, tidak jarang jalanan sepi, karena kita menjumpai pedagang memanjakan bagi sebagian orang yang mencari dan membeli makanan ta’jil. Selepas maghrib, masjid-masjid dipenuhi jamaah yang hendak tarawih.

    Menjelang lebaran –Idul Fitri- suasana berbeda. Para perantau yang mengadu nasib dikampung orang mulai berbondong-bondong pulang kehalamannya. Tradisi ini cukup unik, kita menyebutnya mudik. Dapat dipastikan para pemudik mati-matian untuk bisa sampai dikampungnya dengan selamat. Mereka rela berdesakan mulai dari pemesanan tiket, naik kendaraan bahkan saat turun ketika setibanya ditempat tujuan.


    Pada saat bersamaan, ibu rumah tangga mulai disibukkan dengan urusan “dapur”. Menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perut saat hari Idul Fitri tiba. Masih pada saat yang sama, pusat perbelanjaan semakin ramai, jamaah tarawih pun berpindah ditempat tersebut. Maka jelas, posisi THR sungguh sangat berarti pada saat seperti ini. Ketika urusan sandang dan pangan semakin mendesak, uang diposisikan sebagai second god (Tuhan kedua).

    Hari-hari terakhir dibulan Ramadhan memberikan nuansa yang khas dibandingkan dengan lainnya. Suasana ini yang terkadang membuat kita rindu setengah mati, berharap episode Ramadhan ini berlanjut. Saat seperti ini kita menjumpai para orang tua (lansia) berharap agar dipertemukan dengan Ramadhan tahun mendatang.

    Pada 1 Syawal, umat Muslim pun dengan penuh suka citanya merayakan “kemenangan”, kemenangan setelah berpuasa bulan Ramadhan. Masih dalam fajar, mereka disibukkan mempersiapkan hajatan “akbar” yang dinanti-nanti, berkumpul di tanah lapang atau masjid, melaksanakan salat Ied. Mulai dari yang tertua sampai termuda sibuk dengan pakaian apa yang hendak mereka kenakan. Dengan berombongan serta mengumandangkan takbir, mereka meninggalkan rumah menuju tempat dilaksakannya ritual salat Ied. Riuh suara anak-anak menjadi bumbu perjalanan. Dilengkapi dengan suara letusan petasan yang membuat suasana Ied semakin kental. Seusai salat Idul Fitri, dan kembali kerumah, suasana haru menjadi pemandangan. Saling bersalaman dan bermaafan. Tidak jarang tetesan air mata melinang.

    Demikian sekelumit pemandangan yang menjadi hidangan saat Ramadhan hingga tibanya Idul Fitri. Setelah itu, kita kembali kehilangan, kehilangan keramaian masjid yang tentu saja meninggalkan kerinduan Ramadhan; kehilangan suasana santap sahur yang kita nikmati dengan menahan rasa kantuk; bunyi petasan yang terkadang hingar di telinga dan banyak lagi kehilangan-kehilangan lainnya. 


    Semoga Tuhan berkenan pertemukan kita dengan Ramadhan tahun mendatang. Amin

    Jangan Makan Berlebihan dan Hindarilah Hutang


    Wasiat Lukman Al-Hakim

    Wahai Anakku...
    " Apabila kantung perutmu penuh padat, pikiranmu akan tidur, Hikmah kebijaksanaanmu menjadi tumpul dan anggota badanmu akan lemah dalam mengamalkan ibadah.
    Hindarilah berhutang, ia adalah kehinaan pada siang hari dan keresahan pada malam hari."

    renungan untuk kita semua,bahwasanya benar jika dikatakan makanlah sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. karena pada dasarnya sesuatu yang berlebihan dapat menimbulkan bencana. dapat kita lihat dari wasiat Lukman diatas, ketika seseorang yang perutnya penuh atau kekenyangan, maka tidak mudah untuk berfikir bahkan cenderung

    kebanyakan orang sesudah makan matanya pun turut terpejam, sehingga melalaikan semua pekerjaan.
     untuk itu sangat jelas sekali makan lah untuk kebutuhan bukan untuk memenuhi keinginan hawa nafsu.

    nasehat Lukman yang kedua, mengajak kita untuk bekerja keras agar dapat meraih sesuatu yang kita inginkan, tidak terbuai dengan produk-produk manis diawal tetapi mencekam di akhir, salah satunya kartu utang yang diterbitkan industri perbankan yang memanjakan para pemiliknya untuk membeli barang-barang yang bahkan tidak dibutuhkannya.

    orang yang mempunyai utang selalu merasa resah dan hidup nya pun tak tenang, karena masih ada tanggungan yang harus diselesaikannya. bahkan Rasulullah saw tidak mau menyolati jenazah yang perkara utang nya belum selesai.

    boleh berhutang jika dalam keadaan terdesak, namun harus segera dikembalikan ketika kita sudah dapat mengembalikannya dan tidak boleh ditunda-tunda. selain itu, boleh berhutang untuksesuatu yang bermanfaat, misalkan untuk membuka usaha dimana kita tidak memiliki cukup dana, namun sekali lagi harus segera dikembalikan dan tidak boleh curang.

    semoga Wasiat Lukman ini dapat menerangi pikiran para pembaca agar terhindar dari dua hal tersebut, yaitu makan yang berlebihan dan berhutang untuk kesenangan.
     
    Support : Privacy Policy | Term Condition | Iklan
    Copyright © 2011. Aku Cinta Allah Dot Com - All Rights Reserved
    Thanks to Mas Colis | kontak admin|